Sumber-sumber terpercaya di kelompok Salafi-Takfiri Tunisia mengkonfirmasikan tewasnya seorang anak berusia 10 tahun dalam baku tembak yang terjadi antara militer Suriah dengan kelompok teroris al-Nusra di negara ini. Sementara fenomena kehadiran para teroris bersama anak-anak mereka di barisan kelompok bersenjata di Suriah terlihat semakin meningkat.
Situs-situs internet pendukung kelompok teroris al-Nusra sebelum ini memberitakan tentang tewasnya seorang anak kecil berusia 12 tahun warga Libya bernama Ahmad Abu Madyan di Suriah. Anak kecil warga Libya ini ikut bersama ayahnya dalam aksi penyerangan bersama kelompok bersenjata terhadap sebuah pusat keamanan milik militer Suriah di Rif, Aleppo. Penyerangan ini gagal menguasai pangkalan tersebut, sementara Ahmad Abu Madyan tewas dalam aksi penyerangan itu.
Hingga saat ini banyak organisasi internasional pembela hak asasi manusia yang mengritik dan mengecam fenomena anak-anak kecil yang dibawa oleh kelompok bersenjata dan teroris yang berafiliasi pada Tentara Bebas Suriah (FSA) dan al-Nusra yang berasal dari berbagai negara. Sebelum ini, laporan-laporan yang telah dirilis menyebut kelompok teroris al-Nusra memanfaatkan anak-anak sebagai perisai manusia ketika bertempur dengan tentara Suriah. Pada saat yang sama, pemerintah Suriah telah berulang kali menyampaikan protesnya terkait masalah ini ke masyarakat internasional.
Terorisme internasional yang mendapat dukungan Barat dan sebagian negara-negara Arab hingga saat ini telah melakukan banyak kejahatan kemanusiaan yang tidak dapat ditolerir. Berkali-kali mereka meledakkan bom di sejumlah tempat di Damaskus dan di kota-kota lainnya yang menyebabkan tewasnya warga suriah dan rusaknya rumah tempat tinggal. Ini baru sebagian dari tragedi yang diciptakan oleh anasir terorisme internasional selama dua tahun ini di Suriah.
Dalam kondisi yang demikian, Bashar Assad, Presiden Suriah mengatakan, “Suriah tengah menghadapi terorisme yang tidak dapat dilawan oleh dunia internasional.” Sekaitan dengan masalah ini, surat kabar al-Safir menulis, Bashar Assad, Presiden Suriah dalam pertemuannya dengan sejumlah pejabat negara mengatakan, “Kita sedang menghadapi perang berkepanjangan. Karena kita tengah melakukan perang melawan terorisme, dimana seluruh dunia tidak mampu memeranginya.”
Koran al-Safir dalam cetakan hari Senin, 18 Maret menulis bahwa Bashar Assad menyinggung kondisi militer dan politik Suriah dan dengan mencermati konspirasi dunia terhadap negara ini, ia mengatakan, “Kondisi politik dan militer Suriah masih lebih baik dari sebelumnya dan kita tengah menghadapi perang melawan terorisme dari satu sisi dan pendukung regional dan internasional mereka dari sisi lain.”
Assad juga mengatakan, “Kita tahu bahwa akhir perang tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini, tapi kita serius untuk melanjutkan perang sehingga berhasil membersihkan setiap jengkal tanah Suriah dari anasir asing.” Sembari mengisyaratkan persetujuan Suriah untuk melakukan dialog konstruktif agar dapat keluarga dari krisis yang ada saat ini, Presiden Assad menegaskan, “Kami merupakan pihak pertama yang mengetengahkan rencana dialog dengan oposisi Suriah dan kami tidak pernah menutup pintu dialog dengan siapapun, kecuali dengan teroris.”
Suriah sejak tahun 2010 hingga saat ini berada dalam kondisi tidak aman dan untuk melanjutkan kondisi ini, Barat, khususnya Amerika memberikan bantuan politik, ekonomi dan senjata kepada para teroris. (IRIB Indonesia)